Jakarta –
Setiap tahunnya, kedatangan jamah haji Bugis selalu menjadi sorotan. Para jemaah pulang Untuk Makkah mengenakan Pengganti nyentrik dibalut Bersama Aksesoris emas.
Sebanyak 450 jemaah haji kloter 1 Debarkasi Makassar tiba Di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan. Mereka tampak mengenakan Pengganti mencolok Bersama kebaya bermanik-manik.
Beberapa jemaah juga tampak glamor Bersama balutan emas Di lengan dan lehernya. Tak tanggung-tanggung, harga satu set Pengganti yang dikenakan jemaah ini rata-rata bernilai jutaan.
“Sebab sudah adat Bugis Makassar, sesampainya Di Tanah Air Untuk Tanah Suci, kayaknya wajib sih. Bukan kayak ingin viral, tapi mendarah daging adat istiadatnya Makassar Pengganti begini,” ujar salah satu jemaah haji, Suharni Zaini.
Suharni mengenakan Pengganti lengkap yang jika ditotalkan harganya mencapai Rp 1,8 juta. Sebagai baju mispa yang dikenakannya saja seharga Rp 1,4 juta.
“Ini Pengganti mispa, bajunya Rp 1,4 juta, mispanya Rp 250 ribu, ciputnya Di Untuk Rp 150 ribu,” ungkapnya.
Sambil Itu, jemaah haji asal Makassar lainnya, Darni (43), mengaku pulang Untuk Makkah membawa emas. Emas itu sengaja dibeli Sebagai Dari-Dari keluarganya.
“Saya beli 20 gram emas ini, harganya Rp 1,2 juta Di sana Sebagai kenang-kenangan saja,” kata Darni kepada wartawan.
Diketahui, tahun Sebelumnya juga ada jemaah haji asal Makassar yang berpenampilan nyentrik Bersama memakai emas 1 kilogram yang dia beli Di Jeddah, Arab Saudi, jemaah itu bernama Mira Hayati. Tetapi emas 1 kilogram itu dijual kembali Sebab dia bisa dikenai Iuran Wajib Pembelian Barang Untuk Luar Negeri dan bea cukai.
MUI Sulsel ingatkan warga Sebagai tak tampil nyentrik
Kebiasaan ‘blink-blink’ ini pun disoroti Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan (Sulsel). Mereka mengingatkan jemaah haji debarkasi Makassar agar tidak tampil nyentrik sepulang Untuk Tanah Suci.
Penampilan jemaah yang berlebihan hingga dibalut Aksesoris emas dinilai tidak pantas jika niatnya hendak menyombongkan diri.
“Itu biasanya menjadi Kearifan Lokal Dunia Komunitas Bugis-Makassar. Dari Sebab Itu kalau dilakukan Bersama ada niat kesombongan, tentu tidak pantaslah. Artinya haji tidak mengajarkan seperti itu,” kata Sekretaris Umum MUI Sulsel Muammar Bakry, Senin (24/6/2024).
Muammar Memahami gaya jemaah haji berpenampilan glamor sebagai tanda penghormatan dan kesyukuran Setelahnya Untuk Makkah. Tetapi dia menekankan, makna haji tidak dilihat Untuk Pengganti melainkan akhlak.
Dia melanjutkan, rangkaian ibadah haji menggambarkan kesederhanaan. Pengganti yang digunakan Di mengikuti rangkaian haji merupakan Pengganti sederhana yang seharusnya bisa diterapkan sepulang Untuk Tanah Suci.
“Coba lihat Di sana (Makkah) pakaiannya tidak ada yang pakai emas, tidak ada yang pakai apa, menggambarkan Pengganti-Pengganti sederhana. Tapi Setelahnya Itu Setelahnya haji menampilkan seperti itukan berbeda Bersama semangat atau pesan yang dibawa haji,” tegas Muammar.
Muammar berharap agar jemaah haji yang tiba Di Tanah Air berpenampilan Untuk batas kewajaran. Dia menegaskan muslim yang telah berangkat haji sedianya menjadi sosok teladan Untuk Komunitas.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Kebiasaan Tahunan Warga Bugis, ‘Blink-blink’ Di Pulang Haji