loading…
Neraca perdagangan Indonesia Berpeluang Merasakan defisit, imbas Keputusan tarif resiprokal Trump. FOTO/dok.SINDOnews
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad menilai, Defisit Perdagangan Indonesia bisa tertekan akibat Keputusan Trump, Agar perdagangan yang Ke 2024 mencatatkan surplus senilai USD18 miliar bakal berbalik menjadi defisit.
“Surplus Mungkin Saja USD16 miliar-USD18 miliar. Artinya kalau misalnya rata-rata kita katakanlah setiap bulan itu surplus USD3 miliar, kalau Amerika berkurang ya katakanlah nilainya tidak lagi surplus, Merasakan balance-nya, otomatis kan potensi surplus kita berkurang,” ujar Tauhid Di dihubungi, Sabtu (5/4/2025).
Pasca penetapan tariff reciprocal, kinerja Perdagangan Keluar Negeri Indonesia Bersama AS yang Di ini masih surplus diyakini tidak bertahan lama. Artinya, Untuk beberapa waktu Di Didepan neraca daging berbalik menjadi defisit. “Ya surplusnya ya menurut saya sih paling banter ya, itu pasti Akansegera Karena Itu balance atau defisit begitu bisa Karena Itu,” paparnya.
Dia menjelaskan, Keputusan kenaikan tarif Produk Impor tidak hanya berdampak Untuk AS sendiri, tapi juga secara Internasional. Dampaknya, Akansegera terjadi disrupsi perdagangan yang luar biasa besar. Multiplier effect atau efek berganda Untuk sikap proteksionisme Trump ini membuat harga Produk Internasional menjadi lebih mahal dan menurunkan daya beli Komunitas.
“Misalnya gini, ketika Amerika menaikkan tarif, harga Lebihterus mahal permintaan turun, Produk-Produk produk Di kita yang diproduksi misalnya Di China, Di Jepang, dan sebagainya yang tujuan ekspornya adalah Di Amerika juga turun kan,” beber dia.
“Atau yang direct sudah pasti berkurang ya, tetapi ketika Negeri lain sebagai produk Di kita, Lalu market-nya Di Amerika itu juga turun, Lantaran mereka juga Merasakan kenaikan tarif kan,” lanjut Tauhid.
Menurut Tauhid, AS menerapkan tarif bea masuk Lantaran adanya hambatan Untuk Negeri lain, termasuk non-tariff barrier yang membuat Produk AS menjadi lebih mahal. Beberapa Produk Internasional seperti alkohol dan bahan kimia menjadi sorotan AS.
Dia mengakui memang ada ketimpangan penerapan tarif Produk Impor Di AS dan Indonesia. Misalnya, Produk Impor Pengganti Untuk AS Di Indonesia dikenakan tarif 12,7 persen Sambil Itu tarif Produk Impor Pengganti Untuk Indonesia hanya 1,7 persen. Karenanya, dia menyebut, perlu komunikasi Lebih Jelas Di Indonesia dan AS Yang Berhubungan Bersama Produk Internasional perdagangan kedua Negeri.
(nng)
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Indonesia Karena Itu Korban Konflik Bersenjata Dagang Trump, Kenyataan Pahit Ancam Ekonomi RI