Jakarta –
Mutakhir-Mutakhir ini beredar narasi yang mengklaim cara mendetoksifikasi Imunisasi COVID-19 yang telah masuk Hingga Untuk tubuh. Klaim ini muncul Untuk sebuah unggahan video Ke media sosial menyusul kekhawatiran Pada efek Samping Imunisasi COVID-19.
Unggahan video tersebut menampilkan ulasan tentang efek Samping Imunisasi COVID-19 Untuk berbagai merek. Isi video juga menyebutkan tentang keberadaan Skuat detoksifikasi Imunisasi dan imunisasi yang tersebar Ke berbagai kota Ke Indonesia.
Menyoroti hal ini, Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI) Prof Dr dr Hinky Hindra Irawan Satari, SpA(K), M Med Ed buka suara. Ia menegaskan tak ada istilah medis ‘detoksifikasi Imunisasi COVID-19’ atau detoksifikasi Ke jenis Imunisasi lainnya.
“Imunisasi yang diberikan itu kan antigen (mikroorganisme). Artinya, komponen Patogen yang diinaktivasi atau dilemahkan. Dari Sebab Itu, yang Berencana terbentuk adalah antibodi. Kalau detoksifikasi ini soal toksin, racun,” jelas Prof Hinky, dikutip Untuk laman Kemenkes RI, Senin (10/6/2024).
“Dari Sebab Itu, (divaksinasi) tidak ada racun dan antibodi, tidak bisa dinetralisir. Bukan dinetralisir, ya, tapi kalau ada Patogen masuk, benda Asing atau patogen masuk, dia Berencana menetralisir. Dari Sebab Itu, tidak ada istilah detoksifikasi Ke Imunisasi,” katanya lagi.
Klaim lain yang beredar menyebutkan bahwa mandi Bersama soda kue, garam Epsom atau garam Inggris, dan boraks dapat mendetoksifikasi Imunisasi. Samping Itu, cuci darah yang dilakukan berulang kali juga diklaim sebagai cara Untuk mendetoksifikasi Imunisasi.
“Soda kue Untuk menetralisir asam, sedangkan (bahan pembersih) boraks dapat bersifat karsinogenik yang dapat menimbulkan kanker. Dari Sebab Itu, bukannya menyelesaikan masalah, justru Berencana menambah masalah Kesejajaran,” jelas Prof Hinky.
“Cuci darah itu menetralisir toksin-toksin, sedangkan Imunisasi disuntikkan Berencana membentuk antibodi, bukan toksin. Maka, yang namanya cuci darah bukan buat Menerbitkan antibodi, melainkan Menerbitkan zat racun. Kalau sifatnya bukan racun, ya, tidak Berencana keluar, Lantaran bermanfaat Untuk tubuh,” lanjutnya lagi.
Prof Hinky menjelaskan Imunisasi bekerja Bersama cara membangun sistem kekebalan tubuh secara khusus Untuk melawan Penyakit tertentu. Sistem Kekebalan Ke Untuk tubuh Memiliki peran penting Untuk melindungi tubuh Untuk serangan Patogen atau bakteri.
Akan Tetapi, sistem Kekebalan perlu mengenali terlebih dahulu jenis-jenis Patogen atau bakteri yang dapat menyebabkan Penyakit. Ketika Patogen atau bakteri tersebut masuk Hingga Untuk tubuh Ke Lalu hari, tubuh sudah siap Untuk melawannya dan mencegah timbulnya Penyakit.
“Bersama terbentuknya antibodi, kalau ada Patogen masuk, benda Asing masuk, bakteri masuk, dia Berencana menetralisir,” katanya lagi.
Prof Hinky juga menampik klaim keliru yang beredar Ke media sosial, yaitu anak yang tidak divaksinasi bebas Untuk Penyakit Menyebar telinga dan Terapi antibiotik. Menurutnya, klaim tersebut tidak benar.
Imunisasi influenza merupakan salah satu jenis Imunisasi yang bermanfaat Untuk anak, dapat Memangkas risiko komplikasi flu, seperti Penyakit Menyebar telinga, serta mencegah keparahan Penyakit yang sudah ada.
“Kuman penyebab Penyakit Menyebar telinga streptococcus pneumoniae dan haemophilus influenzae, kalau (anak) divaksinasi, ya, angkanya (risiko kejadian Penyakit Menyebar) berkurang. Jangan sekadar berasumsi atau mendengar tanpa ada basis data yang benar,” pungkas Prof Hinky.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Heboh Narasi soal Detoksifikasi Imunisasi COVID-19, Komnas KIPI Buka Suara