Jakarta –
Thailand menjadi salah satu Negeri Bersama peningkatan jumlah Pertumbuhan lanjut usia (lansia). Justru lansia berusia 60 tahun Di atas kini telah mencakup seperlima Pertumbuhan Di Negeri tersebut.
Dikutip Bersama Channel News Asia (CNA), penduduk berusia 60 tahun diperkirakan mencapai 28 persen Bersama total Pertumbuhan Di 2033 atau lebih awal Di Thailand. Pergeseran demografis ini Akansegera memerlukan sejumlah besar biaya Yang Terkait Bersama Perawatan Medis lansia, termasuk Sebagai perawat, Perawatan berkualitas, perawat khusus, dan ahli terapi fisik.
Pertumbuhan yang menua ini tidak hanya Menunjukkan peningkatan demografi lansia, tapi juga penurunan angka kelahiran. Hal itu terlihat Bersama tingkat kesuburan Thailand sebesar 1,08 kelahiran per wanita Di tahun lalu, terendah kedua Di Asia Tenggara Setelahnya Singapura sebesar 0,97 kelahiran per perempuan.
Menurut survei National Institute of Development Administration Di September lalu, 44 persen responden Berkata kurangnya keinginan Sebagai Memiliki anak. Alasan utama yang dikemukakan adalah biaya pengasuhan anak, kekhawatiran mengenai dampak Situasi Komunitas Di anak-anak, dan tidak ingin terbebani Bersama pengasuhan anak.
“Saya tidak ingin mempunyai anak Sebab… kehidupan saya sendiri sudah cukup sulit,” kata Anchalee Chaichanavijit, direktur eksekutif Asosiasi Pemasaran Thailand kepada Inisiatif Insight, mencerminkan sentimen yang Lebih umum Di Di banyak warga Thailand.
Wakil Perdana Pembantu Presiden Tim Menteri Somsak Thepsutin memperingatkan jika angka kelahiran terus Merasakan penurunan, Pertumbuhan Thailand bisa berkurang setengah Bersama Pada ini sebanyak 66 juta menjadi 33 juta jiwa Untuk waktu 60 tahun Di Di.
Di 1970 Thailand sebenarnya Mengadakan Inisiatif keluarga berencana nasional Bersama tujuan Mengurangi Kemajuan penduduk. Lalu Di 1976, Inisiatif ini tidak hanya berhasil menurunkan tingkat Kemajuan penduduk menjadi 2,55 persen, tapi juga melampaui target penerimaan kontrasepsi sebesar 26 persen. Sukses ini bertahan lama, Bersama hampir tiga Bersama empat wanita menikah Pada ini menggunakan kontrasepsi.
Di Di Itu, jumlah wanita Di Thailand yang memperoleh Pembelajaran tinggi dan berpartisipasi Untuk angkatan kerja Pada ini juga lebih banyak dibandingkan wanita Di Negeri Asia Tenggara lainnya seperti Filipina, Malaysia, dan Indonesia.
“Hal ini sebenarnya membatasi jumlah anak yang cenderung dimiliki perempuan, dibandingkan Bersama mereka yang Mungkin Saja menjadi ibu Tempattinggal tangga dan hanya tinggal Di Tempattinggal,” kata Kirida Bhaopichitr, direktur Studi Aturan ekonomi dan pembangunan internasional Di Institut Studi Pembangunan Thailand.
Di sisi lain, angka pernikahan Di Thailand masih konsisten Di lebih Bersama satu dekade meski pasangan memilih tak Memiliki anak baik Sebagai smenetara maupun selamanya. Hal ini berbeda Bersama Negeri Jepang dan Korea Selatan Pada angka kelahiran sejalan Bersama angka pernikahan yang turun.
Bersama Situasi yang terjadi, Thailand Dikatakan sebagai Negeri berkembang pertama yang Merasakan “menjadi tua Sebelumnya menjadi kaya”.
“Ketika penuaan Pertumbuhan terjadi secara bertahap, Akansegera lebih mudah Sebagai Menyesuaikan Bersama kebutuhan Komunitas yang menua, baik Untuk hal layanan Kesejajaran, infrastruktur sosial-ekonomi, atau lingkungan,” kata direktur eksekutif Sambil Asosiasinegara-Negaraasiatenggara Center for Active Aging and Innovation, Sakarn Bunnag.
Sebagai mengatasi hal ini, pemerintah Thailand Membagikan hampir 78 miliar baht atau Di Rp35 triliun Di tahun lalu Sebagai Tunjangan Hidup Hari Tua. Inisiatif itu Menyediakan Dukungan Pemerintah bulanan hingga 1.000 baht atau setara Rp449 ribu Sebagai lansia yang bukan pensiunan atau penerima Kesejajaran.
Akan Tetapi, seiring Bersama meningkatnya Pertumbuhan lansia, inisiatif ini Akansegera Lebih membebani Biaya pemerintah.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Krisis Pertumbuhan Thailand Makin ‘Horor’, Perlahan Didominasi Lansia