Mataram –
Sebuah bangunan bercat cokelat Di banyak jendela masih berdiri kokoh Di pusat Kota Mataram, NTB. Di bangunan itu, pribumi kaya zaman Belanda menabung uang.
Bangunan Di jendela besar Untuk kayu itu adalah bekas Bank Dagang Belanda. Bangunan yang berdiri Di kawasan Ampenan, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu ternyata menyimpan sejarah panjang.
Untuk luar, tidak ada lumut maupun jenis tumbuhan lain yang mengotori tembok bangunan tersebut. Hanya saja, catnya tampak sedikit terkelupas. Maklum, usia gedung bekas Bank Dagang Belanda itu Disekitar 131 tahun alias lebih Untuk seabad.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sebenarnya nggak ada yang spesial atau khusus Untuk material bangunannya, materialnya seperti batu, bata, sama pasir pakai Untuk sini semua, nggak ada yang didatangkan langsung Untuk Belanda. Cuma yang membedakan itu ada Ke perlakuan mereka saja,” kata budayawan Sasak, Lalu Sajim Minggu (25/5/2025).
Menurut Mik Sajim, sapaan akrabnya, orang-orang Belanda yang datang Di Ampenan punya beberapa Metode berbeda Di kebanyakan warga pribumi Pada membangun Rumah.
“Misalnya, Sebagai pasir Di aduk-aduk dulu berhari-hari, sampai jerih airnya, dan debunya sudah hilang. Sebagai kapur, juga diaduk. Sedangkan Sebagai bata, juga direndam berhari-hari, agar Pada dipasang, daya serapnya bisa Menarik Perhatian pasir, semen dan batu,” jelas Mik Sajim.
Bukan Hanya Itu, orang Belanda kala itu juga memperlakukan bata-bata yang digunakan Sebagai membangun gedung bekas Bank Dagang Belanda Di Ampenan itu Di spesial.
“Batu-batu yang dipakai benar-benar dibersihkan satu per satu, pokoknya nggak boleh kena debu. Kalau Untuk aspek tenik (kala itu), agar tidak ada rongga-rongga udara Di dalamnya. Kalau masuk udara bisa menimbulkan korosi,” tuturnya.
Mik Sajim menjelaskan Sebagai material bangunan Bank Dagang Belanda kala itu, orang-orang Belanda menggunakan kapur asal Sekotong, Lombok Barat, sebagai bahan campuran. Sambil Itu Sebagai kayu, mereka menggunakan kayu Untuk Lokasi Lingsar, Suranadi, Lombok Barat.
“Nah, kalau Sebagai batu, mereka pakai batu Untuk Jangkuk, Narmada. Dulu itu, batu-batunya dibersihkan satu per satu, biar nggak ada yang melekat. Saking kuatnya, lihat saja Jembatan Gantung Di Gerung yang dibangun 1936 dan selesai 1938, bahan pembuatannya sama. (Saking kuatnya), nggak ada satu batu-pun yang lepas (sampai sekarang),” beber Mik Sajim.
Bekas bangunan Bank Dagang Belanda Di Untuk kawasan Mantan Pelabuhan Ampenan itu dibangun Ke akhir tahun 1800. Tetapi Sebelum para tentara Belanda mundur Ke kisaran tahun 1941 dan tentara Jepang masuk, bangunan itu tak lagi dijadikan sebagai Bank Dagang.
Meski sudah berumur 131 tahun, bangunan ini tetap kokoh berdiri, seakan tak termakan usia. Lokasi bekas Bank Dagang Belanda ini berada Di Untuk kawasan Mantan Pelabuhan Ampenan, Di Mataram.
Gedung tinggi dan kokoh ini berada Di Dibagian kanan area Mantan Pelabuhan Ampenan. Sebagai menjaga kebersihan, dan menghindari Protes vandalisme, pemerintah menutup area Didepan bank.
Bank Ini Hasil Politik Balas Budi Belanda
Bank Dagang Belanda dibangun Ke 1894 atau abad 19. Jauh Sebelumnya Indonesia merdeka. Gedung ini dibangun sebagai bentuk politik etis atau politik balas budi Ke abad 19, Antara Belanda Di pribumi.
“Karena Itu, ketika Belanda datang dulu, ada politik etis, atau politik balas budi yang dilakukan Belanda kepada pribumi. Ada beberapa upaya yang dilakukan (orang-orang Belanda kala itu), yakni perbaikan Untuk bidang Belajar, dan Di bidang ekonomi. Nah, Di bidang ekonomi ini pemerintah kolonial Belanda mendirikan pegadaian dan perbankan (salah satunya Bank Dagang Belanda Di Ampenan),” ungkap Mik Sajim.
Dia menjelaskan Bank Dagang Belanda dulunya diperuntukkan sebagai tempat menabung para pribumi berduit.
“Ini (Bank Dagang Belanda) Sebagai memfasilitasi Komunitas sudah mulai bangkit perekonomiannya (usaha Agrikultur dan usaha lainnya). Pribumi yang kaya-kaya ini bisa menampung hasil pertaniannya Ke bank yang dibangun tersebut,” beber Mik Sajim.
Dia bercerita, bekas Bank Dagang Belanda ini Memperoleh ciri khas yang tidak dimiliki Di bank-bank Ke umumnya. Bank ini punya 12 jendela Di ukuran besar. Posisinya ada Di timur dan utara bangunan.
“Kalau tidak salah jumlahnya ada 12 jendela, ada Di timur dan utara, pokoknya lengkap,” jelasnya.
Bekas Bank Dagang Belanda ini tidak lagi beroperasi Sebelum Jepang masuk Di Mataram. “Disekitar tahun 1942 (sudah tutup). Semoga bisa Karena Itu cagar Kearifan Lokal Dunia (Lantaran ini salah satu peninggalan sejarah) Ke abad 19,” tandasnya.
Ke Pada Yang Sama, Zahra, warga Mataram mengaku tidak mengetahui keberadaan Bank Dagang Belanda Di Untuk kawasan Mantan Pelabuhan Ampenan.
“Mutakhir tahu, soalnya kalau Di sini, area Di situ (Bank Dagang Belanda) suka ditutup pagar. Karena Itu tidak kelihatan Untuk luar, saya tahunya itu bangunan saja, tapi tidak ada petunjuk berula papan informasi, kalau itu bekas Bank Dagang Belanda,” ujarnya Pada ditemui Di Mantan Pelabuhan Ampenan.
——-
Artikel ini telah naik Di detikBali.
(wsw/wsw)
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Di Bangunan Ini, Pribumi Kaya Zaman Belanda Menabung Uang Mereka