Jajaran pimpinan hingga karyawan Hingga Shikoku Bank menandatangani komitmen tidak biasa Di Perjanjian darah yang bersumpah bakal bunuh diri jika terlibat Di praktik penyimpangan keuangan. Foto/Dok
Di ikrar tersebut juga mencakup Syarat Sebagai “bunuh diri” jika mereka terbukti bersalah atas penggelapan atau Aksi Penolakan Mengelabui Orang Lain lainnya.
Janji itu secara eksplisit Berkata: “Siapa pun yang dipekerjakan Di bank ini yang telah mencuri uang atau menyebabkan orang lain mencuri uang Di bank, Berencana membayarnya Di hartanya sendiri dan Setelahnya Itu bunuh diri.”
Dokumen yang ditandatangani itu, disebut merupakan peninggalan Di pendahulu Bank Shikoku yang Disorot sebagai simbol sejarah akuntabilitas Di operasional bank.
Akar Sejarah dan Kebiasaan Global
Praktik seppuku, atau hara-kiri adalah bentuk ritual bunuh diri yang berasal Di Jepang, dan sering dikaitkan Di seorang samurai. Secara historis, hal itu dilakukan Sebagai menjaga kehormatan pribadi atau keluarga Di Berjuang Di kegagalan atau aib.
Memutuskan Kebiasaan Kebiasaan Global tersebut, Shikoku Bank menggambarkan janji darah yang dibuat sebagai representasi abadi Di “etika dan rasa tanggung jawab, tidak hanya sebagai karyawan bank tetapi juga sebagai anggota Komunitas.”
Seperti dilansir the economic times bahwa, sumpah darah ini bukan hanya simbolis. Menurut situs web bank, jika ditemukan penyimpangan keuangan, pihak yang bersalah wajib membayar terlebih dahulu nasabah yang terkena dampak Sebelumnya melakukan seppuku.
KontrakDarah Viral Hingga Media Sosial
Sumpah darah belum lama ini Memperoleh perhatian publik ketika tangkapan layar Di situs web Shikoku Bank dibagikan Hingga media sosial X (Sebelumnya Twitter). Postingan itu membandingkan akuntabilitas ketat bank-bank Jepang Di dampak yang relatif lunak dan sering terlihat Di sistem perbankan Amerika.
Seorang Pemakai Memberi Tanggapan, “Sekarang jelas mengapa mereka semua Memiliki begitu banyak uang tunai Hingga neraca mereka.”
Sambil yang lainnya berkata, “Pakta ini Memiliki beberapa getaran Pertempuran Dunia II.”
Pendapat yang dilontarkan para pengguda medsos sangat bervariasi, Di beberapa menyebut praktik itu merupakan Kebiasaan Global “abad pertengahan” yang tidak lagi relevan. Sedangkan yang lain memuji komitmenn kuat Pada etika. “Betapa menyenangkannya abad pertengahan. Dunia membutuhkan lebih banyak sikap seperti ini,” kata seorang netizen.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Ekstrem! Karyawan Bank Jepang Teken Perjanjian Darah, Janji Bunuh Diri jika Terbukti Mencuri