Jakarta –
Cuaca ekstrem membuat bencana Ke beberapa Negeri. Gurun Sahara pun berubah, bukan memburuk tapi justru menghijau.
Dilansir Di CNN Ke Minggu (15/9), satelit Mutakhir-Mutakhir ini Menahan kehidupan tanaman Ke Sahara selatan. Biasanya gersang, badai bergerak Hingga sana dan menyebabkan Bencana Alam besar.
Curah hujan Ke utara khatulistiwa Ke Afrika biasanya Menimbulkan Kekhawatiran Di Juli hingga September Pada Monsun Afrika Barat mulai berlaku.
Kejadian Luar Biasa ini ditandai Bersama peningkatan cuaca badai yang meletus ketika udara tropis yang lembap Di Didekat khatulistiwa bertemu Bersama udara panas dan kering Di Dibagian utara benua. Fokus cuaca badai ini – yang dikenal sebagai Zona Konvergensi Intertropis, bergeser Hingga utara khatulistiwa Ke bulan-bulan musim panas Ke Belahan Bumi Utara. Sebagian besarnya menurun Hingga selatan khatulistiwa Pada bulan-bulan hangat Ke Belahan Bumi Selatan.
Akan Tetapi, setidaknya Dari pertengahan Juli, zona ini telah bergeser lebih jauh Hingga utara daripada yang seharusnya, mengirimkan badai Hingga Sahara selatan, termasuk sebagian Daerah Niger, Chad, Sudan, dan Malahan hingga Hingga utara Libya, menurut data Di Pusat Prediksi Iklim NOAA.
Dampaknya, sebagian Gurun Sahara ini menjadi dua kali lebih basah hingga enam kali lebih basah daripada yang seharusnya.
Ada dua kemungkinan penyebab pergeseran aneh Hingga utara ini, menurut Karsten Haustein, seorang peneliti iklim Ke Universitas Leipzig Ke Jerman.
Transisi Di El Nino Hingga La Nina telah memengaruhi seberapa jauh zona ini bergerak Hingga utara musim panas ini, kata Haustein. El Nino,pola iklim alami yang ditandai Bersama suhu laut yang lebih hangat daripada rata-rata Ke Pasifik khatulistiwa, biasanya menyebabkan Kemakmuran yang lebih kering daripada biasanya Ke Daerah basah Afrika Barat dan Ditengah. La Nina, atau Malahan yang Di berkembang, dapat Memiliki efek Sebagai Alternatif.
“Zona Konvergensi Intertropis, yang menjadi alasan penghijauan (Afrika), bergerak lebih jauh Hingga utara seiring Bersama Lebihterus hangatnya dunia. Setidaknya, inilah yang disarankan Dari sebagian besar model,” jelas Haustein.
Sebuah studi yang diterbitkan Di jurnal Nature bulan Juni ini menemukan bahwa pergeseran lebih jauh Hingga utara Ke zona ini dapat terjadi lebih sering Di beberapa dekade mendatang Lantaran kadar karbon dioksida, produk sampingan Di polusi bahan bakar fosil, Menimbulkan Kekhawatiran dan dunia menghangat.
Pergeseran ini tidak hanya menghijaukan gurun, tetapi juga mengganggu musim badai Atlantik dan Memiliki konsekuensi besar Pada beberapa bulan terakhir Untuk beberapa Negeri Afrika.
Negeri-Negeri yang seharusnya Merasakan lebih banyak curah hujan justru Merasakan lebih sedikit curah hujan Lantaran badai bergeser Hingga utara. Sebagian Daerah Nigeria dan Kamerun biasanya diguyur hujan setidaknya 20 hingga 30 inci Di Juli hingga September, tetapi hanya Merasakan Di 50-80% Di curah hujan Dari pertengahan Juli, menurut data CPC.
Lebih jauh Hingga utara, Daerah yang biasanya lebih kering, termasuk beberapa Dibagian Niger, Chad, Sudan, Libya, dan Mesir selatan telah Merasakan lebih Di 400% curah hujan normal mereka Dari pertengahan Juli, menurut data CPC.
Setelahnya Itu ada Dibagian utara Chad, yang merupakan Dibagian Di Gurun Sahara. Biasanya hanya turun hujan hingga satu inci Ke sini Di Di pertengahan Juli hingga awal September. Akan Tetapi, menurut data CPC, hujan Bersama curah Di 3 hingga 8 inci telah turun Di jangka waktu yang sama tahun ini.
Curah hujan yang berlebihan ini menyebabkan Bencana Alam yang dahsyat Ke Chad. Hampir 1,5 juta orang telah terkena dampak dan sedikitnya 340 orang telah tewas akibat Bencana Alam Ke Negeri itu Ke musim panas ini, menurut pengarahan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Bencana Alam yang mengerikan juga telah menewaskan lebih Di 220 orang dan membuat ratusan ribu orang mengungsi Ke Nigeria, terutama Ke Dibagian utara Negeri yang biasanya lebih kering, CNN Sebelumnya Itu melaporkan.
Bencana Alam mematikan juga mengguncang Sudan Ke akhir Agustus, menewaskan sedikitnya 132 orang dan menghancurkan lebih Di 12.000 Tempattinggal.
Peristiwa Bencana Alam seperti ini kemungkinan Memiliki jejak Pemanasan Global, menurut Haustein, yang bekerja Ke studi atribusi Untuk menentukan sejauh mana Pemanasan Global telah memengaruhi peristiwa cuaca tertentu.
Haustien menjelaskan bahwa Pada bumi menghangat, bumi Berencana mampu menahan lebih banyak uap air. Hal ini dapat menyebabkan musim hujan yang lebih basah secara keseluruhan dan Bencana Alam yang lebih dahsyat seperti musim ini.
Studi Lebih Jelas diperlukan Untuk menentukan seberapa besar peran Pemanasan Global Di setiap peristiwa Bencana Alam, tetapi ini bisa menjadi pertanda Berencana datangnya bencana,” kata Haustien.
“Setiap peristiwa tunggal dipengaruhi Dari Pemanasan Global,” kata Haustein. Malahan jika tidak ada satu pun Bencana Alam yang secara langsung disebabkan Dari Pemanasan Global, kemungkinan terjadinya Bencana Alam menjadi lebih besar.”
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Gurun Sahara Menghijau, Sampai Terlihat Di Luar Angkasa