Probolinggo –
3 Turis bule mendulang sensasi Setelahnya berfoto sambil memamerkan pantat Di Lautan Pasir Bromo. Identitas 3 bule bejat itu pun terungkap Di publik.
Tiga turis Foreign Di Bromo yang pamer pantat Di Di berfoto Di atas jip ternyata berasal Di Belanda. Ketiganya terancam Hukuman Politik adat. Begitu pula Bersama pemilik Kendaraan Pribadi jip dan tour leader atau pemandu wisata yang mendampingi mereka.
Berdasarkan informasi yang diterima, ketiga turis bule itu terdiri Di satu orang laki-laki dan dua perempuan. Masing-masing berinisial MJJ, SEM, dan NPJ.
Foto ketika mereka berpose tidak senonoh menurunkan celana dan memamerkan pantat Bersama latar Di pemandangan Bromo yang cantik itu menyebar Setelahnya sopir jip yang mengantar mereka mengunggah foto itu Melewati WhatsApp.
Sopir jip yang memotret mereka diketahui bernama Riko, warga Desa Wringinanom, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Probolinggo dan Dian, warga Desa Ngepung, Kecamatan Sukapura. Sedangkan satu orang lain yang mengunggah foto itu Di WhatsApp bernama Pepet, warga asal Desa Ngepung.
Keenam orang ini Dikatakan bertanggung jawab atas kejadian yang sangat disayangkan Dari warga Suku Tengger. Rencananya, sejumlah tokoh Suku Tengger segera merapatkan pelaksanaan ritual adat imbas tindakan ketiga turis yang pamer pantat tersebut.
Ritual ini sekaligus menjadi Hukuman Politik adat Untuk ketiganya, termasuk supir jip dan pemandu atau tour leader. Pertemuan yang Akansegera digelar Jumat (31/5) sore itu Akansegera Merundingkan apakah ketiga turis Foreign itu juga dikenai Hukuman Politik ritual adat Suku Tengger atau tidak.
Penerapan Hukuman Politik adat berupa ritual Pada ketiga turis Foreign yang pamer pantat itu dipertimbangkan mengingat Di Negeri mereka Mungkin Saja perilaku demikian Di berfoto bersama adalah hal yang lumrah.
“Hukuman Politik kami tujukan Di yang memfoto dan tour leadernya. Kalau turisnya Karena Itu hubungan antarnegara, ini Sebab kalau turisnya Mungkin Saja hal seperti itu wajar Di negaranya. Bisa juga mereka tidak tau adat Di sini,” kata Kepala Desa Ngadisari, Sunaryono, Kamis (30/5).
Akan Tetapi, kata Sunaryono, hal seperti itu tidak berlaku Untuk pelaku usaha Jeep atau sopir maupun pemandu wisata. Mengingat sopir maupun gaet wisatanya adalah warga Kabupaten Probolinggo yang tentunya tahu dan mengerti adat Tengger.
“Kalau sopir dan guide-nya orang Indonesia, kan harusnya tahu adat ketimuran. Tapi besok sore kami masih Pertemuan. Mungkin Saja besok masih ada pembahasan lagi,” katanya.
——-
Artikel ini telah naik Di detikJatim.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Identitas 3 Bule Bejat yang Foto Pamer Pantat Di Bromo