Gianyar –
Tak hanya menjadi tempat suci, Pura Agung Gunung Raung Di Desa Taro menyimpan kisah spiritual tentang perjalanan Maha Rsi Markandeya Di Pulau Dewata. Konon, pura ini kerap digunakan buat mereka yang Ditengah bimbang membuat keputusan dan solusi.
Pura Agung Gunung Raung tak hanya menyajikan pura sebagai tempat suci agama Hindu, Tetapi memasuki pura ini traveler Akansegera diajak Sebagai menjelajah kembali perjalanan Rsi Markandeya Di Bali. Markandeya merupakan sosok Di balik berdirinya Desa Taro, desa tertua Di Bali.
Traveler bisa menemukan beberapa bangunan suci yang masih alami, tanpa sentuhan Warna satu pun.
Berikut tentang Pura Agung Gunung Raung
1. Sejarah Pura Agung Gunung Raung
Sejarah pura yang agung Di Desa Taro ini berawal Untuk abad Di-7, ketika Maha Rsi Markandeya melakukan perjalanan Untuk India. Maha Rsi Markandeya melintasi Jawa Timur Untuk rangka menyebarkan ajaran Hindu Di Pulau Bali.
Ketika Maha Rsi Markandeya menetap Di Gunung Raung, Jawa Timur, beliau melihat sinar suci Untuk arah timur dan menelusuri sumber cahaya. Ternyata sinar suci tersebut berasal Untuk sebuah pohon. Rsi Markandeya melihat bahwa pohon yang bersinar itu ternyata adalah Ditengah-tengahnya Pulau Bali.
Rsi Markandeya melakukan perabasan hutan hingga mendirikan sebuah pura bernama Pura Sabang Daat. Untuk pura ini, Rsi Markandeya melihat Di arah selatan dan melakukan pemetaan Sebagai daerahnya.
“Pohon yang menyala itu, Rsi Markandeya itu memutuskan bahwa pohon itu terletak Di Ditengah-tengahnya Pulau Bali. Akhirnya beliau melakukan perabasan hutan hingga mendirikan pura yang bernama Pura Sabang Daat,” ujar Ardika.
“Untuk Pura Sabang Daat itu, beliau mececingak atau melihat Di arah selatan yang sekarang dikenal Di Amunduk Taro. Beliau memetakan dan memikirkan dimana yang cocok Sebagai hutan, pemukiman, dan Agrikultur,” Ardika menambahkan.
Kedatangan pertama Rsi Markandeya Di Pulau Bali Merasakan kegagalan Lantaran banyak pengikutnya yang tewas akibat terserang Penyakit dan binatang buas. Akhirnya Rsi Markandeya kembali melakukan semedi Di Gunung Raung, hingga Merasakan wahyu Sebagai menanam ‘panca datu’ Di Giri Tohlangkir, yang sekarang dikenal Di Pura Basukian.
Setelahnya melakukan penanaman Panca Datu, Rsi Markandeya kembali Di Amunduk Taro Sebagai melakukan perabasan hutan, membuat sistem irigasi, dan membuat sistem desa adat.
Tempat Rsi Markandeya Sebagai melakukan sangkep atau musyawarah itulah yang menjadi Pura Agung Gunung Raung. Di pura ini terdapat balai panjang yang bernama Balai Agung, sebagai tempat Sebagai Memutuskan keputusan penting tentang Bali.
Nama Gunung Raung sendiri diambil Untuk gunung tertinggi Di Jawa Timur, menggambarkan asal Maha Rsi Markandeya yang pernah tinggal Di sana Sebelumnya melanjutkan perjalanannya Di Bali dan menetap Di desa Taro.
“Penamaan Gunung Raung ini Lantaran perpindahan Rsi Markendya yang membawa semua perlengkapannya Untuk Gunung Raung dan Pada itu gunung yang tertinggi adalah Gunung Raung yang juga tempat Rsi Markendya tinggal Sebelumnya Itu,” kata Ardika.
2. Keunikan Pura Agung Gunung Raung
Tak hanya sebagai tempat suci Agama Hindu, Pura Agung Gunung Raung juga menyimpan sejarah spiritual Bali. Menurut Ardika, Pura Gunung Raung Memperoleh beberapa keunikan.
Sebelumnya memasuki pura ini, traveler Akansegera melihat ‘titi gonggang’ yang berguna Sebagai menetralisir keinginan dan sifat buruk Sebelumnya memulai persembahyangan.
Pura Agung Gunung Raung juga Memperoleh empat pintu masuk yang terletak Di timur, utara, selatan, dan barat yang menandakan bahwa pura ini berada Di Ditengah-Ditengah. Biasanya umat Hindu yang melakukan persembahyangan menghadap Di timur, sedangkan Di pura ini persembahyangan menghadap Di barat.
“Sembahyang Di pura ini unik Lantaran menghadap Di barat, kalau biasanya kan menghadap Di timur atau utara. Lantaran padmasana Di pura ini terletak Di Ditengah, kemanapun arahnya itu tetap menghadap Di padmanasa,” ujar Ardika.
Keunikan Pura Agung Gunung Raung juga terletak Untuk desain dan arsitekturnya. Menurut Ardika, pembangunan pura ini sama sekali tidak menggunakan pewarna atau Warna. Bangunan pura ini terlihat alami menggunakan kayu dan batu saja.
Memasuki pura, traveler juga bisa menemukan beberapa peninggalan sejarah. Contohnya seperti kulkul atau kentongan yang terbuat Untuk tangkai bunga selegui yang berukuran raksasa. Dipercaya, tangkai bunga itu jatuh Di Pura Agung Gunung Raung dan berasal Untuk pohon yang ditebang Di Pulau Jawa. Traveler juga bisa menemukan sebuah patung Untuk Ida Rsi Markandeya.
Menurut Ardika, Pura Agung Gunung Raung dipercaya sebagai pura Sebagai mencari solusi, Justru masih dipercaya hingga Pada ini.
“Kalau Di pura ini dipercaya sebagai pura mencari solusi. Pura ini merupakan pasraman Rsi Markandeya dan setiap memutuskan hal besar pasti sembahyang Di pura ini. Justru, Pada sekarang pun warga kami kalau sangkepnya tidak Merasakan solusi, pasti sembahyang dan Memutuskan keputusan Di sini,” tutur Ardika.
3. Lokasi dan Harga Tiket Masuk Pura Agung Gunung Raung
Pura Agung Gunung Raung berlokasi Di Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali. Traveler yang ingin masuk Di Untuk pura tak dikenakan tiket, melainkan traveler bisa Memberi donasi atau dana punia.
Sebagai masuk, traveler juga diharapkan mematuhi beberapa aturan. Tidak Untuk haid atau datang bulan, wajib menggunakan Busana adat Bali, dan wajib ada izin Untuk pemuka agama. Traveler yang tak Memperoleh Busana adat Bali, bisa melakukan penyewaan Busana adat Di Disekitar pura.
Andika juga menuturkan beberapa pantangan yang tak boleh dilakukan Di Pura Agung Gunung Raung yaitu wanita yang Untuk hamil dan anak-anak yang belum tanggal gigi tidak boleh masuk Lewat pintu timur.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Tempat Mencari Ketenangan dan Ketetapan